Minggu, 09 September 2012

CINTA RASA PERMEN KARET


CINTA RASA PERMEN KARET
Karya Debby Hutami Budiyono

Hari pertama masuk MOS (Masa Orientasi Siswa), Karin menjadi siswi baru. Dia diantarkan hingga gerbang sekolah oleh orang tuanya.
"Semoga hari pertama dan hari hari berikutnya menjadi hari yg menyenangkan. Dan aku bisa melewatinya tanpa halangan amin," kata Karin dalam hati.

Saat MOS sedang berlangsung tiba tiba ada anggota OSIS yg memanggil Karin. Saat itu jg Karin ketakutan setengah mati, dia takut talah melakukan kesalahan dan dia akan dihukum. 
"Kamu anak yg namanya Honozono Karin?" tanya salah satu kakak OSIS.
"I...iiyyaaa kak," jawab Karin dengan gemetaran dan bercucran keringat dingin.
"Aku Risky. Gak usah takut gitu sampek gemetaran sm keluar keringat dingin. Aku cuma pengin tau aja adiknya Kenny yg mana," jawab Risky tersenyum sambil menenangkan susasana.
"Loh kakak kenal kak Kenny?" tanya Karin yg sudah mulai tenang dan tak ketakutan lagi.
"Iya, aku temen main Kenny. Kebetulan kemarin Kenny cerita kalo adiknya masuk sekolah sini terus Kenny titip ke aku buat jagain adiknya yaitu kamu," jawab Risky.
"Aku kira td aku dipanggil gara gara ngelakuin kesalahan terus mau dihukum. Ehh ternyata enggak lega banget rasanya," kata Karin menghela napas panjang.
"Hehhe enggak kok dek. Oiya nanti lg ya dek dilanjutin aku tunggu dikantin waktu istirahat ya." kata Risky sambil berlalu pergi dan tersenyum manis.
***

Saat istirahat tiba hampir saja Karin lupa bahwa dia ada janji dengan Risky karna Karin sedang sibuk binggung mencari kakak kakak OSIS yg lagi ngumpet buat dimintain tanda tangannya. Karin segera berlari sekencang kencangnya bergegas pergi ke kantin.
Saat Karin sedang memandangi setiap sudut kantin, tiba tiba ada yg seseorang yg memanggilnya.
"Karin sebelah sini," panggil Risky dengan melambaikan tanganya. Langsung saja Karin menghamprir Risky dan duduk tepat didepan Risky.
"Maaf ya kak aku telat, abisnya aku binggung nyari kakak kakak OSIS yg lagi ngumpet buat dimintain tandan tangan," kata Karin sambil napasnya terengah engah.
"Iya gpp dek, tapi lucu deh kamu dek. Apa yg di depanmu sekarang bukan OSIS?" tanya Risky sambil memberikan minum pada Karin.
"Oiya lupa aku kak," jawab Karin tersipu malu dan wajahnya memrah.
"Sini aku liat daftar OSIS yg dimintain tanda tangan nanti sambil aku bantuin mintain tanda tangannya," kata Risky.
"Bener kakak mau bantuin aku mintain tanda tangan ke kakak kakak OSIS?" tanya Karin.
"Iya aku bantuin tanang aja dek," jawab Risky tersenyum.
"Makasih ya kak udah baik sm aku," kata Karin.
'' Iya sama sama dek. Udah ayo kita makan dulu aja, kamus pasti laper kan gara gara lari td" jawab Risky sambil memberikan semangkuk bakso pada Karin.
***

Benar saja dalam 30 menit terkumpul sudah semua tanda tangan kakak kakak OSIS. Dan tak terasa bel tanda pulang berbunyi. 
Saat Karin sedang menunggu dijemput tiba tiba Risky menghampirinya.
"Nunggu dijemput ya Karin?" tanya Risky.
"Iya nih kak nunggu dijemput," jawab Karin.
"Emang mau dijemput sapa, dijemput cowoknya ya?" tanya Risky bercanda.
"Ahh enggak kok kak aku belum punya cowok. Aku itu dijemput kak Kenny tp agak telat soalnya kak Kenny masih ada kuliah lg bentar kak," jawab Karin.
"Aku anterin pulang aja mau gak?" tanya Risky.
"Enggak deh kak nanti kalo tau cewek kakak bisa bisa terjadi perang dunia kakak sm cewek kakak hehhe," jawab Karin sambil tertawa kecil.
"Bisa aja kamu ini. Aku belum punya cewek kok jd gak bakal ada pernag dunia kalo aku nganterin kamu pulang," kata Risky tersenyum manis.
"Gak deh kak makasih takut ngerepotin kakak. Tadi aja aku udah ngerepotin kakak masak sekarang aku mau ngerepotin kakak lagi," jawab Karin.
"Gak apa apa kok. Dari pada kamu nunggu Kenny kelaman?" tanya Risky.
"Gimana ya? Iya deh aku bareng kakak tapi aku bilang kak Kenny dulu ya kak biar nanti kak Kenny gak jemput aku," jawab Karin.
"Ok deh," kata Risky tersenyum.
***

Masa MOS telah berakhir kini Karin resmi menjadi siswi sekolah itu. Dan selama MOS Karin selalu bersama sama dengan RIsky. Bahkan mereka selalu pulang bersma, tersebar gossip jg bahwa mereka telah berpacaran tp mereka tak menanggapinya.
Saat Karin sedang santai menonton TV, kak Kenny menghampirinya dan bertanya padanya. "Dek km pacaran ta sm Risky?' tanya kak Kenny.
"Enggak kok kak aku gak pacaran sama kak Risky. Kakak ini aneh aneh aja kalo tanyak," jawab Karin seadanya.

Keesokan harinya dikelas Risky sedang di interograsi oleh teman temannya.
“Ris, kamu pacaran ta sama anak baru yg namanya Karin?” tanya teman teman Risky.
“Enggak kok aku gak pacaran sama Karin,” jawab Risky enteng.
“Masak? Tapi kok kamu deket banget ya sama Karin?” tanya salah satu teman Risky.
“Apa salahnya deket aja. Emang gak boleh ya deket.” Kata Risky.
“Ya gak apa apa sih. Tapi kedekatan kalian itu kayak orang pacaran?” tanya teman Risky lagi.
“Sebenernya aku suka sih sm Karin. Abis dia itu anaknya baik, polos, lugu lucu trus aku jg nyaman deket dia,” jawab Risky jujur.
“Pantesan kok kamu nyuekin cewek cewek yg selama ini ngejar ngejar kamu, ternyata kamu udah jatuh cinta sm Karin,” tanya teman Risky.
“Iya tapi aku binggung kira kira Karin suka jg nggak ya sm aku?” kata Risky.
“Lah menurut kamu gimana. Dia udah punya cowok belum?” tanya teman Risky lagi.
“Karin sih gak punya cowok,” jawab Risky.
“Ya udah kesempatan tuh buat kamu pendekatan sama Karin. Jangan pesimis dulu Ris,” kata teman Risky memberi semangat.
“Iya deh aku ikuti saranmu,” jawab Risky.
“terus kapan rencananya kamu nembak Karin?” tanya teman Risky.
“Secepatnya deh aku temabk Karin,” jawab Risky.
“Gitu dong jangan pesimis dulu,” kata temanRisky.
“Tapi gimana nembaknya?” tanya Risky pada temannya.
“Ya tembak aja pake bunga apa barang kesukaannya. Kamu tau gak apa barang kesukaannya Karin?” cetus teman Risky.
“Gak tau aku. Tapi kalo aku lagi sama Karin dia pasti makan permen karet trus bau parfumnya jg permen karet,” jawab Risky.
“Ya udah pake itu aja permen karet gak apa apa sapa tau Karin suka sama barang yg berbau permen karet. Tapi yg berkesan nembaknya walau cuma pake permen karet biar Karin terkesan gitu,” saran teman Risky.
“Ya deh. Aku coba tanyak Karin dulu aja apa bener dia suka sama barang yg berbau permen karet apa gak,” jawab Risky.
“Aku doa’in kamu diterima deh sama Karin dan waktu nembak dia lancer,” kata teman Risky.
Lalu Risky pergi ke kantin untuk bertemu Karin. Kebetulan Karin sedang sendirian, ini kesempatan Risky buat tanya.
“Sendiri aja nih, boleh gak aku duduk sini?” tanya Risky.
“Ehh kak Risky, iya gak apa apa kak,” jawab Karin sambil tersenyum.
“Karin aku boleh tanyak gak?” tanya Risky lagi.
“Boleh aja kak,” jawab Karin singkat.
“Kamu suka permen karet?” tanya Risky.
“Iya, emang kenapa kak,” jawab Karin
“Abis tiap aku lagi sama kamu pasti ada bau parfum permen karet trus kamu juga pasti makan permen karet,” kata Risky.
“Hehhe hidung kakak tajem banget ya,”jawab Karin tertawa kecil.
“Iyalah Risky gitu loh hehhe, tapi kenapa kamu suka permen karet?” tanya Risky lagi.
“Gak tau kak dari kecil udah suka aja. Rasanya kalo sehari aja aku gak makan permen karet kayak ada yg aneh gitu kak,” jawab Karin tersenyum manis.
***

Hari yg ditungu tunggu Risky dan membuat hatinya berdebar debar tiba juga. Risky sengaja memesan rangkaian bunga yg terbuat dari permen karet untuk menyatakan perasaannya pada Karin gadis yg telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Malam harinya Risky telah mempersiapkan tempat yg pas untuk menyatakan perasaannya dan setelah selesai semua persiapan Risky, dia segera menjemput Karin. Setelah dia menjemput Karin langsung saja Risky dan Karin bergegas pergi menuju tempat yg telah di siapkan oleh Risky. Tak beberapa lama kemudian Risky dan Karin tiba juga.
“Ngapain kita kesini kak?” tanya Karin kebinggungan.
“Udah deh, tungu bentar ya,” jawab Risky.
“Ehh tapi kakak mau kemana,” kata Karin.
“Ka…ka…Karin kamu mau gak jadi pacarku?” tanya Risky gugup sambil menyerahkan rangkaian bunga dari permen karet yg telah di persiapkan untuk menyatakan persaannya.
“Ehh ini rangkaian bunganya dari permen karet kak?” tanya Karin.
“Iyya, kenapa Karin kamu gak suka ya sama rangkaian bunganya dek,”  jawab Risky spontan.
“Ehmm enggak kok kak. Malah aku suka banget sama abis unik dan baru kali ini aku di kasih rangkaian bunga dari permen karet kak,” kata Karin tersenyum manis.
“Jadi gimana kamu mau gak jadi pacarku?” tanya Dika lagi.
“Kita jalani aja apa adanya ya kak,” jawab Karin.
“Jadi kamu mau jadi pacarku?” tanya Risky memastikan.
“Iya aku mau jadi pacar kakak,” jawab Karin sambil memberikan senyum termanisnya.

TAMAT

CINTA TAK BERUJUNG


CINTA TAK BERUJUNG
Karya Nanda Agustiawati

Malam itu gitar dan hanya alunan lagu lah  yang temani ku  malam itu. Dirumah hanya ada aku dan adikku. Kedua orang tuaku sedang ada tugas diluar kota. Karna aku dan adikku sibuk sekolah. Aku dan adik ku tidak dapat ikut dengan mereka.
“Ya ampun aku lapar…” keluh ku sambil mengusap perut.
Tiba-tiba hp ku berbunyi. Nomor yang tidak aku kenal muncul di kotak masukku. Pesannya berisi ajakan untuk makan bersama sambil mengajak bertemu disebuah restoran yang biasanya aku datangi. Aku penasaran kebetulan aku sedang lapar, setidaknya aku bisa mengisi perut ini..
Akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya. Setibanya ditempat itu tiba-tiba dari belakang seseorang memegang tanganku dan mengajak ku masuk. Aku tak sempat melihat wajahnya. Aku menghentikan langkah kakiku mencoba untuk mencari tahu siapa sebenarnya dia. Ketika dia membalikan badannya betapa terkejutnya aku. Ternyata itu adalah Rian. Teman chattingku.


Lamunan ku terhenti oleh tegurannya.
“Ril kamu napa?”
“Hah, oh nggak kok, kamu Rian kan?
“Itu kamu tau.”
“Aku gak mimpikan?” sambil mencubit tangan Rian.
“Aww,, sakit, akh lu napa cih gak percaya banget gw ada disini.” Sambil mengusap-usap tangannya yang tadi sempat aku cubit.
“ Maaf, habisnya kamu datang kesini kok gak kasih tau cih. Jadinya akukan kaget.”
“Kan surprise buat kamu” sambil menunjukan senyuman manisnya pada ku.
Aku hanya senyum dan berkata dalam hati.
“Ya ampun senyumannya, gak di foto profil, gak  aslinya tetep aja senyumannya buat aku degdegan. Serasa pengen nyanyi lagunya Sherina yang judulnya Geregetan.” Sambil tertawa kecil.
“ Idich ketawa. Kenapa kamu? Ada yang lucu ya? Ekh ngomong-ngomong gimana penampilan ku malam ini, kerenkan?” sambil berlaga narsis didepan ku.
“Gak mo komen yang penting sekarang kita masuk pokoknya kamu yang bayar. Ok,!” sambil menarik tangannya.
“Idich bayar sendiri,! Weeeeee,,,,!!!!”
***

Setelah makan malam aku mengajak Rian untuk pergi ke taman untuk mengobrol. 
“Ril kalo aku ungkapin perasaan ku sama kamu malam ini aku termasuk cowo kurang ajar gak yah?”
“Ngomong apaan sih kamu? Gak ngerti aku.
“ Ril, aku suka ma kamu. Terserah kamu mau anggap aku cowo brengsek atau apapun itu yang penting sekarang kamu tau perasaanku sama kamu.”
“Tapi Rian,,”
“ Ok aku tau, masalahnya ada dijarak kan? “
“Hmppp,, ia.”

Aku terdiam bingung entah jawaban apa yang harus aku pilih. Otak ku mencoba berputar mencari sebuah jawaban yang mesti aku berikan padanya.
 “Kenapa kamu mesti ragu? Aku berjanji akan benar-benar  mencintai dan menyayangi kamu. Pliss beri aku kepercayaan.”

Akhirnya  tanpa pikir panjang aku segitu gampangnya memberikan jawaban singkat itu padanya. Ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur. Aku tak bisa menarik kembali kata yang sudah aku ucapkan barusan.Malam itu akhirnya aku jadian dengannya.
Setelah lama mengobrol dengannya. Karna takut pulang terlalu malam akupun diantar pulang oleh Rian. Setelah sampai didepan rumah entah mengapa tangannya begitu erat memegang tanganku seakan tak ingin aku pergi meninggalkannya. Sorot matanya menunjukan ada kesedihan yang dia rasakan. Perasaan ku berubah menjadi khawatir padanya. Saat aku hendak bertanya dia mencium kening ku dan berpamitan pulang padaku. Aku hanya tersenyum dan membiarkan ia pergi.
***

2 hari telah aku jalani namun telah 2 hari juga aku tak dapat kabar darinya. Malam itu sungguh betapa sangat senang hati ku saat aku dapat 1 pesan darinya. Namun isi pesannya begitu aneh untuk ku. 
“Ril aku ingin kau bisa mencintai ku walaupun saat ini aku telah tiada.”

Tanpa berpikir secepatnya aku membalas pesan singkat darinya.
“Rian kamu kemana jha? Kenapa kamu baru kasih kabar sama aku.”

Namun tak ada balasan dari dia aku coba telpon nomornya. Tak lama kemudian terdengar suara perempuan.
“Halo”
“ Halo”
“Dengan siapa ya?” Tanya perempuan itu.
“Saya April. Anda siapa? Apa Rian ada?” 
“Rian siapa? Saya Rina maaf ini bukan nomor hp Rian dan disini gak ada yang namanya Rian.
“tapi,,”
“Ya sudah mbak mungkin mbak salah sambung. Permisi ya mbak saya banyak pekerjaan. Assalamualaikum..”
Perempuan itu langsung menutup teleponnya. Aku tak bisa berbuat apa-apa.
***

Malam itu aku hanya duduk termenung sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba hp ku berdering bertanda ada pesan baru yang masuk. Secepatnya ku buka dan ku lihat isi pesannya. Ternyata isi pesannya sama seperti pesan yang Rian kirim kemarin malam. Betapa terkejutnya aku saat kulihat kembali nomor hp nya. Ternyata nomornya pun sama. Aku secepatnya menelpon nomor itu. Namun tetap sama saja orang yang menjawabnyapun perempuan itu.
“ Halo,”
“Halo,”
“Ada apa ya?”
“Mbak aku mohon, ada yang mesti aku bicarakan dengan Rian. Jadi ijinkan aku untuk bicara dengannnya.
“Maaf,  tapi benar disini gak ada yang namanya Rian,,”
“Tapi barusan Rian baru saja mengirim pesan ke no saya. Saya mohon saya ingin sekali bicara dengannya.” 
“Dek dengerin ya, kalo dek ingin tau yang sebenarnya gimana kalo kita ketemu. Ada beberapa hal yang mesti saya ceritakan pada mbak jika memang mbak benar pacarnya Rian.”
“Mbak tinggal dimana,? Bagaimana jika saya datang kerumah mbak?”
“ya sudah baiklah, saya tinggal dijalan Cempaka Putih No. 13. Kebetulan besok saya sedang ada dirumah.
“Ya sudah besok saya akan kerumah mbak jam 3.”
***

Sesampainya di alamat yang mbak itu kasih akhirnya Aku bisa bertemu dengannya. Aku coba mengetuk pintu rumahnya.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam” Mbak itu membuka pintunya”
“Mbak saya pacarnya Rian”
“Silahkan masuk, mari kita bicarakan didalam.”
“Terima kasih mbak” 
Setelah menyiapkan minuman dan beberapa makanan kecil dia pun memulai pembicaraan”
“Sebelumnya saya minta maaf. Karna sebelumnya saya belum bisa ceritakan semua ini.”
“Sebenarnya apa yang terjadi mbak?”
“sebenarnya Rian sudah meninggal 2 minggu yang lalu. Saya adalah sepupunya.

Air mata ku mengalir begitu saja saat ku mendengar kata-kata itu. 
“Jadi malam itu,, siapa yang bertemu dengan ku malam itu..???”
“Malam kapan???”
“Beberapa hari setelah meninggalnya Rian???”

Mbak itu hanya terdiam sejenak dan tersenyum sambil mengusap air mata ku. Dia berkata.
“April aku harap kamu bisa cintai aku sampai kapan pun”
“ Maksud mbak apa??? “ Tanya ku bingung
“kata itulah yang ingin dia ucapkan kepada mu. Namun bukan berarti dia gak akan relakan mu untuk oranglain. Yang dia inginkan hanyalah jadikan dia sebagai kekasih hati mu yang selalu ada dihati meskipun bukan disisi mu.  Mulai sekarang sudahilah air mata mu karna itu hanya akan membuatnya sedih. 
“Terima kasih mbak. Jujur aku memang benar-benar mencintainya. Dan aku yakin hati ini akan selalu yakin padanya,”
“Syukurlah,lebih baik kamu tak usah menangisi dia. Tunjukan senyuman mu. Agar dia dapat merasa tenang disana.”
“Ea mbak” sambil memeluk mbak rina.

Selesai

DIARI UNTUK RIN


Karya Ridho Amanatullah (Shinichi Edogawa)

Cerita ini dimulai dari adik ku yang bernama Rin. Suatu hari Rin mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma untuk waktu yang lama. Hari itu, hari kedua setelah Rin mengalami kecelakaan., seorang pria seumuran Rin datang menjenguk Rin. Dari parasnya sudah bisa kutebak kalau namanya adalah Shinichi, pria yang sering Rin ceritakan kepadaku.
“Anu.. nama kamu Shinichi kan ?” tanyaku padanya.
“Ya.. Mengapa kakak bisa tahu namaku ?” Tanyanya heran.
“Rin sering menceritakan tentang kamu, apakah kamu kekasih Rin?”

Setelah diam sejenak ia menjawab “Bukan.. Aku sahabatnya. Jujur aku mempunyai perasaan lebih pada Rin. Tapi, sampai ia koma sekarangpun aku belum menyatakan kepadanya” Ucapnya sambil menatap kea rah Rin yang terbaring koma.
“Kakak rasa Rin juga mempunyai perasaan yang sama kepadamu Shinichi”
“Maksud kakak ?”
“Sebaiknya kamu membaca diary yang Rin tulis ini” Ucapku sambil menyodorkan diary itu padanya.

Sejenak aku melihat Shinichi yang membaca diary tersebut terlihat sedih. Terang saja, soalnya aku tahu, diari itu berisi tentang perasaan Rin pada Shinichi selama ini.

Sejak saat itu, Shinichi selalu datang menjenguk Rin yang koma setiap hari. Sampai-sampai terkadang aku melihat dia mengerjakan tugas sekolah di ruangan Rin. Sering kuintip dari sisi pintu, Shinichi memegang tangan Rin sambil berbicara sendiri entah dengan siapa, tapi aku biarkan saja karena aku tahu Shinichi seperti itu untuk menghibur dirinya sendiri dengan cara menganggap Rin telah sadar dari komanya.

Setelah tiga bulan, akhirnya Rin sadar dari komanya. Tidak seperti biasanya, pada hari dimana Rin sadar Shinichi malah tidak datang. Padahal Shinichi tidak pernah absent mengunjungi Rin sejak hari pertama ia datang menjenguk Rin. Setelah kondisi Rin membaik, aku mulai menceritakan tentang apa yang terjadi selama tiga bulan Rin koma, termasuk perasaan dan tingkah Shinichi selama itu. Aku senang melihat Rin mulai tersenyum ketika aku menceritakan tentang Shinichi.
“Kakak tahu..? Dalam kondisi enggak sadar aku selalu merasakan Shinichi disisiku. Kami mengobrol bersama dan ia selalu mendukung agar aku cepat sembuh” Ucap Rin padaku.
“Yahh mungkin saja apa yang dilakukan Shinichi selama ini telah membantu Rin agar sadar dari komanya” pikirku.
“Kata kakak Shinichi selalu datang setiap hari, tapi mengapa aku tidak melihat dia sama sekali hari ini..?” Tanya Rin heran.
“Kakak juga enggak tahu, mungkin Shinichi ada keperluan yang enggak bisa dia tinggal. Kamu bersabar saja yahh” Jawabku. Sebenarnya aku juga merasakan ada hal yang aneh yang terjadi hari itu.

Beberapa hari telah berlalu, Rin sudah terlihat cukup sehat dan bisa berjalan. Tetapi ia terlihat sangat sedih dan kecewa karena Shinichi tidak datang sama sekali semenjak Rin sadar dari komanya. Akhinya siang itu aku memutuskan untuk mengajak Rin kerumah Shinichi untuk menemui Shinichi. Dirumahnya kami melihat seorang ibu yang terlihat sedang menangis. Dengan memberanikan diri kami menanyainya :
“Permisi.. apakah ini rumah Shinichi bu ?” tanyaku pada ibu itu.

Tetapi bukannya menjawab ibu itu malah semakin menangis dan tak berapa lama kemudian seorang perempuan keluar dan mengajak kami agag sedikit menjauh dari ibu itu.
“Kamu Rin kan ..?” Tanya perempuan itu pada Rin.
“Ya kak, Shinichi mana ? kenapa aku enggak melihatnya ?”

Sejenak aku melihat perempuan itupun menangis dan masuk kembali kedalam rumah. Beberapa saat kemudian perempuan itu keluar kembali dan menyodorkan sebuah diari yang bertuliskan “Untuk Rin” Dihalaman depannya. Samar-samar disana aku melihat bercak merah, entah apakah itu aku juga belum tahu pada awalnya
“Beberapa hari yang lalu saat Shinichi pulang dari menjenguk Rin seperti biasanya. Shinichi mengalami kecelakaan yang menyebabkan pendarahan parah pada kepalanya. Tim medis tak dapat menolong banyak dan akhirnya Shinichi meninggal pada hari itu sambil memegang Diari ini.” Ucap perempuan itu yang membuat kami sangat kaget. Kontan saja Rin yang kala itu terdiam langsung menangis sambil berteriak nama Shinichi. Akupun yang tak kuasa melihat Rin ikut menangis karena tidak menyangka hari itu adalah hari terakhir aku melihat Shinichi.

Dengan berbekal alamat dan denah dari perempuan tadi, kami mengunjungi makam Shinichi. Disana kami memanjatkan doa. Tetapi Rin yang kala itu masih bersedih sama sekali tidak bisa menahan rasa tangisnya. Di makam itu Rin kemudian membuaka diari yang ia dapatkan, di diari itu tertulis persaaan Shinichi selama tiga bulan Rin koma. Dan pada tulisan terakhir nya terdapat foto Shinchi dan Rin yang dibawahnya tertulis “Ya Allah, jika nanti aku telah tiada, tolong engkau jagalah ia untuku ya allah. Pertemukanlah ia dengan lelaki lain yang bisa membuatnya tersenyum dan mencintai serta menjaganya dengan ikhlas sama seperti yang aku lakukan selama ini. Tulisan itu dibuat beberapa hari yang lalu, tepatnya hari dimana hari terkahir Shinchi datang mengunjungi Rin dan hari dimana ia meninggalkan kami semua.

-Tamat

Jumat, 07 September 2012

ROTE

CERITA RAKYAT NTT

Add caption  
  • FoE Mbura  FoE Mbura adalah seorang Manek di Nusak Thie Kecamatan Rote Barat Daya sekarang ini. Ia memerintah di Nusak Thie pulau Rote, kabupaten Rote Ndao, sekitar permulaan abad ke 17. Pada waktu itu FoE Mbura sudah mengadakan hubungan dagang dan persahabatan dengan orang-orang Portugal dan Belanda. Dalam pergaulannya dengan orang-orang asing itu, FoE Mbura melihat bahwa orang-orang itu lebih pandai dan lebih maju daripada orang rote pada umumnya. Maka timbulah niat di hati FoE Mbura yang masih muda itu untuk pergi merantau mencari ilmu ke Matabi. Matabi adalah nama Betawi dalam ejaan bahasa Rote. Ia lalu mengajak tiga orang teman manek atau raja dari Nusak lain untuk merantau mencari ilmu ke Matabi. Ketiga orang Manek itu adalah TouF Dengga Lilo dari Nusak Baa, Ndara Naong dari Nusak Lelain, dan Ndi’i Hua dari Nusak Lole. Mereka lalu membuat sebuah perahu besar untuk dipakai berlayar ke Matabi. Perahu itu diberi nama “Sangga Ndolu” yang artinya mencari ilmu pengetahuan. Diperkirakan pada tahun 1972 mereka berlayar dari Rote menuju Matabi. Beberapa bulan kemudian mereka tiba di Betawi. Mereka menemui pemerintah Belanda di Betawi dan menyampaikan maksud mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan. Atas maksud baik ini maka pemerintah Belanda menyambut dan mendidik mereka sekitar 7 tahun di Betawi. Mereka dididik dalam berbagai ilmu pengetahuan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan lain-lain. Disamping itu mereka dididik juga mengenai agama Kristen. Mereka semua lalu dibaptis menjadi orang kristen dan di beri nama baru. FoE Mbura diberi nama Benyamin Messakh dan Ndi’i Hu’a diberi nama Zacharias. Sekembalinya mereka di Rote, Benyamin Messakh langsung mendirikan sebuah Sekolah Dasar dan sebuah gereja di kampung Fiulain di Thie, kecamatan Rote Barat Daya sekarang ini. Itulah sekolah pertama dan jemaat Kristen pertama di Pulau Rote. Dari situlah sekolah dan gereja berkembang ke seluruh Pulau Rote hingga sekarang. Puluhan tahun kemudian dari Pulau Rote yang mungil ini banyak pendeta dan guru-guru dikirim ke Pulau Timor, Alor, Sabu, dan Sumba untuk membuka sekolah dan menginjili masyarakat di pulau-pulau itu. Itulah sebabnya sebagian pulau Timor, Sumba, dan Alor menjadi daerah Kristen Protestan hingga hari ini,. Cita-cita FoE mBura dan kawan-kawan untuk mencari ilmu ke Matabi atau Betawi pada awal abad ke 17, dapat diumpamakan sebagai pungguk merindukan bulan. Betapa tidak, jarak Rote dan Batavia ribuan mil,jarak ini harus ditempuh dengan sebuah perahu layar tradisional tanpa fasilitas modern. Mereka bertarung nyawa menantang angin dan gelombang laut sepanjang pelayaran, entah berapa lama. Tapi tekad bulat untuk meraih cita-cita yang tulus yaitu mencari ilmu demi kemajuan masyarakat Rote Ndao tidak pernah kendor. Cita-cita luhur untuk kemajuan yang didukung tekad bulat untuk bekerja keras merupakan kunci keberhasilan FoE Mbura dan kawan-kawan, cita-cita dan tekad inilah yang harus dikobarkan terus dalam sanubari tiap muda-mudi Rote Ndao, bahkan semua muda mudi NTT hari-hari sekarang ini, karena berhasil mereka ternyata juga menjadi berkat bagi banyak daerah di bumi Flobamora dan Nusantara tercinta. Untuk itu, kita patut menundukkan kepala sambil mengenang mereka dan merenungkan cita-cita luhur mereka dengan tekad bulat membangun negeri ini dengan penuh rasa tanggung jawab. 2. JEDO PARE TONU WUJO Mata pencarian orang-orang di Flores Timur dahulu kala adalah nelayan Dan meramu hasil hutan. Menjadi nelayan adalah pekerjaan kaum lelaki sedangkan meramu hasil hutan adalah tugas kaum wanita Flores Timur. Dengan mata pencarian yang sederhana itu, penduduk setempat seringkali di timpa bencana kelaparan. Apalagi pada waktu tanaman bahan makanan seperti padi, jagung kacang-kacang, labu, jewawut dan lain-lain belum dikenal oleh masyarakat. Hingga pada suatu waktu terjadi bencana kelaparan yang hebat di Flores Timur. Bencana kelaparan itu menimpa seluruh penduduk termasuk satu keluarga terdiri dari delapan bersaudara. Kedelapan bersaudara ini terdiri dari tujuh orang laki-laki dan seorang perempuan yang bungsu. Nama si bungsu ini ialah Jedo Pare Tonu Wujo. Dikisahkan bahwa pada suatu musim kelaparan yang hebat, Jedo, nama panggilan si bungsu ini, mengajak saudara-saudara untuk menebas hutan dan membuat kebun. Setelah kebun itu selesai di pagari maka musim hujan pun tiba. Ketujuh saudara laki-laki Jedo bingung karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka tanam di dalam kebun itu. Dalam kebingungan itu, pada suatu malam dengan air mata berlinang, Jedo meminta kepada kakak-kakaknya agar keesokan harinya mereka pergi bersama-sama ke kebun yang mereka buat. Di sana Jedo akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai apa yang harus kakak-kakaknya perbuat agar kebun itu menghasilkan bahan makanan yang berlimpah bagi mereka. Keesokan harinya ketika fajar baru menyingsing, jedo membangunkan kakak-kakaknya untuk berangkat ke kebun. Sepanjang perjalanan kakak-kakak Jedo hanyut dalam kebingungan dan semuanya membisu seribu bahasa. Ketika matahari mulai memancarkan sinarnya di ufuk timur mereka tiba di kebun. Lalu Jedo meminta kakak-kakaknya memancang sebatang kayu ditengah-tengah kebun itu. Lalu Jedo meminta pula agar sebuah batu ceper yang cukup besar diangkat dan diletakan berdampingan dengan batang kayu yang sudah di pancang. Kemudian Jedo duduk bersila di atas batu ceper itu lalu memanggil kakak-kakaknya untuk berdiri mengelilinginya. Kemudian dengan tenang Jedo berkata kepada kakak laki-lakinya yang paling muda. Katanya “Dengarlah pesan saya dan setelah saya selesai berpesan kerjakanlah apa yang saya pesankan. Jangan takut dan jangan sedih sebab apa yang kupesankan ini sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa. Inilah pesanku, yaitu penggallah kepalaku, dan jika nyawaku sudah melayang, biarkan darahku membasahi batu tempat ku duduk sekarang dan terus mengalir ke seluruh pojok kebun ini. Setelah itu kamu semua boleh pulang ke rumah, dan enam hari lagi kamu boleh kembali lagi ke sini!” Sesudah berpesan, Jedo menundukan kepalanya, lalu dengan sedih saudara-saudaranya memenggal kepala adik perempuan mereka. Darah adiknya itu dibiarkan membasahi batu ceper itu dan terus merembes ke semua pojok kebun mereka. Setelah itu ketujuh bersaudara itu kembali ke rumah mereka dengan hati yang sangat sedih. Enam hari kemudian ketujuh bersaudara itu datang kembali ke kebun sesuai dengan pesan Jedo. Setiba di kebun, mereka heran dengan perasaan gembira dan sedih silih berganti, sebab di seluruh kebun itu tumbuh berbagai pangan yang sangat subur, yaitu padi, jagung, labu dan jewawut. Beberapa bulan kemudian musim panen pun tiba. Seluruh hasil panen itu mula-mula dikumpulkan di atas batu ceper sebagai suatu peringatan. Setelah semua itu hasil panen terkumpul, barulah diangkut ke rumah dan dimasukan ke dalam lumbung. Sejak itu ketujuh bersaudara serta seluruh keturunannya mulai hidup makmur dan bebas dari bencana kelaparan. Itulah sebabnya sampai hari ini setiap sawah dan kebun di sana selalu ada batu ceper dan tiang pancang di dalamnya. Batu ceper dan tiang pancang itu disebut Jedo Pare Tonu Wujo. Itulah tempat meletakan semua bibit yang hendak ditanam dan tempat mengumpulkan seluruh hasil panen sebelum dibawah ke rumah. Hal ini dibuat sebagai kenangan dan sekaligus sebagai penghormatan bagi Jedo Pare Tonu Wujo yang telah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya demi kemakmuran saudara-saudarnya. Kini Jedo Tonu Wujo, telah tiada dan tinggal kenangan. Tetapi cita-cita dan pengorbanannya akan tetap dikenang sepanjang masa